25 Maret 2011

TravelQuote #2

"Perjalanan Menyadarkan akan Pentingnya Sebuah Tujuan"

24 Maret 2011

TravelQuote #1

"Perjalanan itu Mengikat Tali Silaturahiim dan Persaudaraan"

14 Maret 2011

Earth Hour Semarang, Green Campaign for Energy Saving

Seperti pada minggu-minggu sebelumnya, Car Free Day digelar di Jl Pemuda Semarang, tapi baru hari minggu lalu (13/03) saya baru sempat mampir dan beraktivitas pagi disana, ini pun karena diajak oleh teman kampus saya untuk ikut green campaign bersama rekan-rekan Earth Hour Semarang, sebuah gerakan green lifestyle yang mengajak untuk lebih hemat energi.

”Setelah Satu Jam, Jadikan Gaya Hidup” sebuah slogan yang mengajak kita untuk menghentikan penggunaan listrik selama satu jam pada tanggal 26Maret2011. Tujuannya menghemat penggunaan energi dengan menjadikan hemat listrik sebagai gaya hidup. Sebagai catatan, Indonesia sebagai negara berkembang yang banyak bergantung pada potensi sumber daya alam dan membutuhkan listrik untuk mendukung pembangunan, Indonesia harus menjaga kebutuhan ekstraksi alamnya agar tidak berkontribusi besar menjadi salah satu pengemisi terbesar di dunia, dan tetap dapat melanjutkan upaya memenuhi kebutuhan penduduk yang makin besar setiap tahun, termasuk dari sisi energi (http://www.earthhour.wwf.or.id/about.php). Nah untuk itulah gerakan Earth Hour ini memberikan solusi dengan aksi yang kecil untuk memberikan perubahan yang besar bagi bumi, cukup dengan menghentikan penggunaan listrik selama satu jam, kemudian jadikan aksi ini sebagai gaya hidup.

Green campaign pagi itu diawali dengan briefing di depan balaikota Semarang. Aksi pertama, peserta melakukan frozen time, yaitu melakukan aksi patung di sekitar Jl Pemuda, di tengah-tengah kegiatan berbagai komunitas. Sebanyak kurang lebih 40an peserta green campaign berjalan menyebar di sepanjang Jl Pemuda, tiga titik yang digunakan untuk melakukan forzen time, pertama di depan SMA 5 Semarang, di depan Balaikota, dan di depan. Awalnya peserta melakukan aktivitas biasa, dengan aba-aba yang sudah dipasang di mp3, setiap peserta melakukan aksi patung selama satu menit. Aksi ini adalah sebagai simbolis dari penghentian penggunaan energi, walau hanya sesaat namun jika dilakukan oleh banyak orang, maka ini akan berpengaruh besar, apalagi jika menjadi gaya hidup.

Aksi yang kedua, adalah aksi kampanye seperti pada umumnya. Kami longmarch menuju tugu muda. Sambil membawa spanduk dan papan kampanye, kami berjalan dan memberikan leaflet dukungan dan ajakan untuk mengikuti gerakan Earth Hour. Di simpang tugu muda, dilakukan orasi singkat dan ajakan kepada para masyarakat Semarang dan sampai aksi berakhir pada pukul 9.

Memang tidak besar yang bisa dilakukan, hanya dengan sedikit kesadaran untuk bersama-sama melakukan aksi kecil, hemat listrik dijadikan sebagai gaya hidup. Dengan aksi kecil ini semoga bisa memberikan kontribusi besar bagi bumi.


”Setelah Satu Jam, Jadikan Gaya Hidup”

11 Maret 2011

Kisah Pait di Pagi Hari

Suara itu menembus kamar kosku, pagi hari setelah bangun untuk yang kedua kalinya setelah sholat shubuh. Pekik terdengar, lama kelamaan semakin keras. Aku masih enggan membuka mata, tapi riuh redam suara itu telah mengganggu tidurku.

Dalam tidur, aku mencoba mendengar dengan seksama suara yang terus menerus berulang. Suara ucapan remaja tanggung yang membuyarkan mimpi yang susah ku rajut sambung dari malam hingga ba'da shubuh. Suara itu lama-lama menjadi sebuah mimpi saya di  pagi itu.

Walau hanya 5 menit, masih ku ingat sampai saat ini. Semakin jelas suara itu, akhirnya saya dapat mencerna dengan baik maksud dari suara itu. "Pait.. Pait.. Pait.." bunyi suara itu menembus jelas kamar kosku. Ternyata anak ibu kos sedang dikejar tawon.. heeaaah... -_-"

Tragedi Gramedia dan Doa yang Terkabul

Kemarin saya bertandang ke Gramedia hanya sekedar untuk memuaskan nafsu saya yang sudah lama tak membeli buku. Sebenarnya pun kali ini saya terlalu maksa untuk shoping buku, karena pada waktu yang bersamaan tidak ada budget di kantong saya untuk membeli buku. Di gramedia, saya kaya anak ilang mencari ibu yang ilang. Memang sebelumnya tak ada buku inceran yang ingin saya beli. 

Mata saya sepet liat harga-harga buku, yang nampaknya hari itu terasa mahal semua. Alhasil ga ada yang nyantol di hati saya, bukan lantaran bukunya ga ada yang saya anggap bagus, tapi emang duit saya yang kaga nyampe. Padahal saya sebenarnya orang yang royal untuk beli buku (sama halnya royal untuk beli makan,hehe) dibandingkan untuk shoping baju ato aneka ragam tentang fashion. Apa boleh baut, nasi telah menjadi bubur (maka saya tambahkan kecap asin, ayam, krupuk, sambel), saya telah di gramedia, mau ga mau saya harus beli buku walopun cuma satu. 

Beruntungnya di gramed lagi jual buku-buku diskon jadul yang kaga laku. Menindaklanjuti kesempatan untuk beli buku murah, akhirnya saya liat-liat deh tuh buku-buku diskon. 1 jam saya ngubek-ngubek, belum jg ada yang nyangkut di hati, pikiran dan nafsu saya untuk beli buku, walo 1 pun. Waktu menjelang ashar, saya sudah kalap, karena belum dapet 1 buku juga. Alhasil saya random pencarian buku saya. 

Kali ini saya batasi pencarian buku, seputar kumpulan cerpen atau novel ringan. Jeng..jeng.. dapet juga 1 buku kumpulan cerpen karnyanya Mas Radhar Panca Darma, judulnya "Cerita-cerita Negeri Asap". Tanggung satu buku lagi pikir saya. akhirnya sistem pencarian cepat mata saya tertuju pada satu buku, judulnya "Kota Matahari". Sebenarnya yang bikin saya tertarik untuk buku yang terakhir ini (saya pikir itu novel) karena harganya cuma goceng. Tanpa membaca ulasan di belakang cover, saya bawa aja dah tu dua buku kekasir. Untuk shoping buku kali ini saya keluarin noban dari dompet saya. Tak mahal untuk 2 buku kecil bandrolan gramed pikir saya hari itu. 

Sampe di kosan, bakda sholat ashar, saya buka dua buku itu, untuk menimbang-nimbang buku mana duluan yang saya lahap. Satu buku saya buka cepat, karena udah tau itu kumpulan cerpen, dan not bad lah untuk membunuh rasa bosan saya akhir-akhir ini. Nah yang terakhir saat saya buka buku.. Tidaaaaaak, ternyata adalah buku kumpulan puisi karya Umar Husein. Arrrggghhhh, saya menggerutu dalam hati, apakah yang terjadi ini ya Allah, saya memebeli buku puisi (hehe). Bukannya saya tidak suka puisi (bukannya suka juga), tapi rasanya memang saya saat ini belum selera untuk baca cuplikan-cuplikan kalimat yang terpotong-potong penuh makna dan terkadang melankolis itu. haha.. "Ya Allah, buatlah buku ini berguna", doa saya setelah tragedi ini. 

Beberapa menit kemudian, teman saya masuk kamar. "Mas, dari gramed ya? Beli Buku apa?" teman saya penasaran. "Noh liat aja" saya jawab tanpa ekspresi. "wah buku puisi mas? apiik kie mas". "bawa aja bukunya kalo mau". "oke mas tak pinjem ya". Obrolan singkat itu menjawab doa saya beberapa menit lalu yang baru saya panjatkan. Allah mengabulkan doa saya. Dalam hati,"Terimakasih ya Allah, semoga buku itu bermanfaat di tangan orang yang tepat."

2 Maret 2011

Negeri Para Bedebah

Presiden Bedebah!!! 
Tak ada perubahan signifikan kesejahteraan rakyat, berkoar-koar kesuksesan semu, nyatanya rakyat tetap melarat.

Pemerintah Bedebah!!! 
Sok sibuk dengan program-program yang akhirnya tak juga sampai kepada rakyat.

Wakil Rakyat Bedebah!!! 
Sibuk berpolitik hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan saja.

Hakim Bedebah!!! 
Memutuskan perkara tanpa keadilan.

Jaksa Bedebah!!! 
Hanya sibuk dengan uang suap.

Polisi Bedebah!!! 
Perutnya semakin tambun karena uang sogok.

Mahasiswa Bedebah!!! 
Banyak aksi tanpa prestasi.

Rakyat Bedebah!!! 
Sibuk menyalahkan dan menuntut hak tanpa menjalankan kewajiban.

Saya Bedebah!!!
 Hanya bisa mencaci tanpa memberi solusi.

Yang Membaca Tulisan Ini mungkin Bedebah!!!
 Hanya tersenyum sinis, menghujat, bahkan apatis.

Jogjaholic


Di sela-sela kesibukan saya mengikuti seleksi Indonesia Mengajar, saya menyempatkan diri untuk menjelajah berbagai sudut kota jogja. Memang tadinya hanya sekedar melepas penat, walau pada akhirnya saya sendiri terbawa suasana untuk terus menjelajah berbagai tempat yang penasaran belum saya kunjungi. Memang perjalanan kali ini bukan dikhususkan untuk perjalanan wisata, namun sudah 3 kali saya bolak-balik jogja pada bulan yang sama, tapi selalu tidak sempat untuk keliling dan menikmati suasana jogja. Akhirnya, untuk kali ini sengaja saya panjangkan jadwal bermalam di jogja menjadi 3 hari 2 malam.

”Ramai kaki lima, menjajakan sajian khas berselera, orang duduk bersila”
sebait lirik lagu katon bagaskara saya ingat saat masuk ke kawasan wisata malioboro. Mungkin tak banyak berubah saat lagu ini sempat populer dengan kondisi saat ini. Kanan-kiri jalan masih ramai dengan pedagang kakilima beradu tawar dengan para turis pembeli souvenir atau oleh-oleh.

Taman Pintar di Kota Pelajar

Siang itu saya hanya lewat malioboro tanpa singgah, kemudian diujung jalan saya belok ke kiri, sekitar 200 meter saya memarkir kendaraan saya. Taman Pintar yang saya tuju siang itu. Terletak di Jl.Panembahan Senopati 1-3 Yogyakarta, taman pintar pada mulanya adalah kawasan shoping center, tempat jual-beli buku murah di kota yogyakarta. Taman pintar sudah dibuka sejak tahun 2007 dan diresmikan pada tahun 2008. Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung.

Dibagian depan, terdapat playground yang menjadi surga bagi anak-anak, karena banyak sekali permainan yang bisa dijajal. Untuk sekedar bermain di playground tidak dipungut biaya alias gratis, namun untuk masuk kedalam gedung dikenakan biaya Rp15.000. untuk orang dewasa, sedangkan untuk anak-anak dikenakan biaya masuk Rp8000, untuk usia 2-7 tahun hanya Rp2000. Terdapat 4 gedung yang menyajikan informasi sejarah dan teknologi yang bisa diperagakan secara langsung. Gedung memorabilia, didalamnya terdapat sejumlah informasi sejarah yang disajikan secara interaktif, diantaranya sejarah keraton jogja, profil pahlawan Indonesia, sejarah kemerdekaan, dan profil presiden Indonesia. Keluar gedung memorabilia langsung terintegrasi dengan gedung ouval-kotak yang didalamnya terdapat berbagai macam wahana dan peralatan peraga berbasis edukasi sains yang menyenangkan dan dapat diperagakan oleh pengunjung. Dilantai tiga terdapat teater 4 dimensi yang menampilkan film-film edukasi berdurasi 30 menit. Kemudian ada gedung PAUD barat dan timur yang menyediakan peralatan peraga dan permainan edukasi bagi anak-anak, khususnya usia 2 - 7 tahun.

Di setiap gedung memiliki desain interior yang sedap dipandang, salah satunya yang saya suka adalah saat di gedung ouval, pada gedung ini didesain melingkar, kemudian terdapat jalan menanjak yang melingkar didalam gedung untuk menuju lantai 2 dan tiga, disisi dinding dipajang profil-profil ilmuwan, mulai dari enstein sampai stephen hawkings. Di langit-langitnya terdapat miniatur gugusan halaksi bimasakti yang memperindah bagian dalam gedung. Disini juga terdapat wahana-wahana berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia, yang didalamnya ditampilkan miniatur pabrik atau industri, serta peragaan produk yang dapat dimainkan.

Banyak spot foto di taman pintar, maka siapkan kamera jika berkunjung disini. Ajaklah anak-anak untuk mengekslporasi secara langsung dunia sains dan teknologi.

Jelajah Pantai Selatan Gunung Kidul

Hari menjelang siang, motor siap2 saya panaskan karena akan menempuh cukup jauh perjalanan menuju selatan kota jogja. Kali ini saya akan menjelajah pantai selatan ”Laut Kidul” di wilayah sekitar Gunung Kidul. Berangkat sekitar pukul 11.00, saya menancap gas menuju ringroad selatan kota jogjakarta. Setelah membeli beberapa perbekalan minum dan makanan ringan, saya mengambil jalur jogja-wonosari ke arah piyungan, dan lanjut ke perbukitan Gunung Kidul. Perjalanan cukup lancar, jalan dari kota jogja menuju Gunung Kidul mulus dan berliku, melewati alas yang rimbun. Menanjak, menurun, menikung akan menjadi bagian perjalanan menuju pesisir selatan Gunung Kidul. Kali ini saya akan menyambangi beberapa pantai, yaitu Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak dan Indrayani.

Saya harus menempuh jarak sekitar 60 Km ke arah selatan untuk mencapai pantai selatan gunung kidul. 40 km pertama saya harus sampai dulu di kota kecil Wonosari, kemudian diteruskan 20 km lagi ke pantai baron. Perjalanan ini saya tancap dengan santai. Sampai pantai baron kira-kira pukul 12.30.

Kisah Nelayan Pantai Baron

Siang itu saya baru saja sampai di pantai baron yang masih pasang. Beberapa menit saya mengambil gambar, ada 2 perahu nelayan yang menepi. Para nelayan2 yang lain turut membanti menarik kapal yang baru saja singgah, disinilah gotong-royong penduduk nelayan kental terlihat. Kapal sudah selesai di parkir, berbondong-bondong ibu-ibu menghampiri kapal melihat-lihat bawaan ikan hasil melaut hari itu, saya pun turut serta melongok kesana. Tak banyak ikan yang ditangkap hari ini. ”Hari ini ga banyak de, soalnya jaring sampah” (saya artikan dari bahasa jawa), setelah saya tanya berapa banyak ikan yang diapat. ”Saya melaut dari jam 4 pagi tadi, di sekitar parang tritis, tapi karena jaringnya ngangkut sampah, jadinya saya pulang” kata mas andri salah satu awak nelayan yang itu melaut bersama 2 rekan lainnya. Ya.. hari itu setidaknya ada 2 kapal yang langsung pulang, akibat jaring sudah ga bisa ditebar karena penuh sampah. Kalau begini yang disalahkan yang orang-orang yang membuang sampah disungai, yang akhirnya sampah bermuara di laut. 1 Kg udang dan beberapa kilo ikan campur-campur langsung dijual nelayan disana. Biasanya ikan-ikan dibawa ke pelelangan koperasi, tapi karena ikan yang dibawa hanya sedikit, yah langsung dijual ditempat.

Pantai baron berbentuk menjorok ke darat dan dikelilingi oleh bukit, sehingga pantai ini terlihat sempit dan tertutup jika nampak dari atas. Hamparan pasir putih dan perahu-perahu nelayan yang memajang di pinggir pantai membuat pantai ini nampak eksostis. Pantai baron dapa dinikmati langsung maupun dapat dilihat keindahannya dari bukit disisi pantai.

Pantai Kukup, Krakal, Sundak, dan Indrayani

Melanjutkan 1 Km kearah timur, motor saya kebut ke pantai kukup. Sebenarnya saya lebih suka pantai kukup, karena pantainya lebih bersih, tanpa perahu-perahu nelayan, plus ada bangunan di pulau karang seberang pantai bak tanah lot saja di bali (hehe). Pantainya berpasir putih dan angin lautnya kencang sekali.

Menuju pantai Krakal, sundak, dan Indrayani harus menempuh 6 Km kearah timur, melewati beberapa barisan bukit dan alas, membuat saya ngeri juga mengendara motor sendirian. Jalanan bagus, namun sepi kendaraan. Pantai Krakal dan sundak memiliki tipe pantai yang memanjang dan berpasir putih. Saya sudah terbiasa melihat pemandangan pantai ini di Anyer, sebelah barat Cilegon, tempat tinggal saya. Tak terlampau istimewa bagi saya dibandingkan dengan pantai kukup atau baron, yang menurut saya lebih unik dari pantai krakal dan sundak. Di pantai Krakal dan sundak saya hanya singgah sebentar untuk mengambil gambar, karena saat itu sudah mulai siang, mepet dengan waktu pulang saya ke Semarang. Setelah sedikit mengambil gambar di pantai Sundak dan Krakal, saya melanjutkan ke pantai Indrayani. Mata saya terbelalak saat sampai di pantai Indrayani, siang itu ramai warga sekitar sedang memperbaiki saung-saung yang hancur karena diterpa air laut pasang. ”Sudah 4 hari air laut pasang, sampai bikin hancur pantai mas” Kata salah seorang bapak yang sedang berisitirahat setelah memperbaiki salah satu saung yang hancur. Mengenaskan memang, sebenarnya pantainya biasa saja, tetapi karena saung-saung yang berjejer di pinggir pantai, pantai Indrayani terlihat cantik. Namun karena ombak pasang, jadilah siang itu saya hanya melihat pemandangan sibuk warga sekitar yang bergotong-royong memperbaiki saung-saung di tepi pantai.

Saat di pantai kukup, saya sempat duduk2 di tepi pantai berkontemplasi ”apakah motor saya masih kuat sampai pulang ke semarang?” hehe.. soalnya ni kendaraan yang saya pake adalah legenda yang diproduksi sekitaran 8 taon lalu. Tapi keulatan tekad dan keyakinan yang kuat, Alhamdulillah The Legend mengantar saya dengan selamat sampai Semarang.


Wisata Kuliner


Berkunjung ke kota Jogja, tak afdol rasanya jika tak mencoba beberapa menu yang belum sempat saya icip. Kali ini tak banyak kuliner yang saya coba.

Bebek Haji Slamet
Pertama yang menjadi catatan saya adalah Bebek H.Slamet. Warung makan Bebek H. Slamet ini pada awalnya bermula dari sari Kartosuro. Jadi yang di jogja ini adalah cabang dari Kartosuro. Menu khas disini sesuai namanya, Bebek. Saya memesan Bebek Goreng bagian paha plus sepirin nasi dan minum air putih (dalam rangka ngirit). Sebenarnya bebek gorengnya tak begitu spesial, tapi yang bikin nendang di lidah adalah sambel koreknya. Walau sajian sambalnya sedikit, tapi bikin panas di lidah ga brenti-brenti. Untungnya bebek goreng plus sambel korek ini disajikan dengan lalapan yang bisa sedikit menghilangkan rasa pedas. Bebek gorengnya cukup empuk, jadi bagi anda-anda yang sudah tua, jangan takut dengan tekstur daging bebek yang biasanya keras. Kali ini bebek yang saya makan cukup empuk digigi. Yang bikin saya kecewa adalah porsi nasinya yang sedikit.. Arrghh.. yang ini ga nendang di perut.. hehe.. tapi cukup hauce lah untuk mengisi perut dikala lapar..

Angkringan Pak Satari
Kalu kenal kucingan  Pak Gi yang terkenal di Semarang, sekarang saya rekomendasikan bagi kawan-kawan yang berkunjung ke Jogja. Angkringan Pak Satari namanya (saya singkat APS). Terletak di perbatasan Sleman dan magelang, APS dapat dijumpai di pinggir jalan menuju magelang, tepatnya di Jl. Magelang Km 16, Medari, Sleman. Untuk ukuran angkringan, tempat makan APS cukup luas. Buka mulai sore hari, APS langsung dipenuhi pengunjung. Jenis makanan dan jajanan cukup banyak tersedia di APS ini, mulai dari mendowan, pastel, martabak, pisang goreng, dll. Untuk nasi bungkus, mulai dari khas jogja berisi teri atau tempe, sampai nasi rica-rica ayam. Bagi kawan-kawan yang menuju magelang pada sore atau malam hari, ga ada salahny mampir ke Angkringan Pak Satari. Dijamin KENYANG (Asal Budget Cukup).

1 Maret 2011

Catatan 1 Maret [2011]

Akhir bulan yang membosankan dan awal bulan yang cukup membahagiakan, lepo (nama leptop saya) saya kembali sehat wal’afiat setelah menjalani serangkaian proses pemeriksaan dan penyembuhan yang ternyata terinfeksi virus yang cukup membahayakan operating systemnya.. Alhamdulillah, kini saya bisa mencatat kembali celoteh2 samar setiap hari di catatan ini.. kehilangan lepo seperti kehilangan sepersekian kebahagiaan dunia, karena tak bisa menyambangi berbagai belahan dunia di 9m2 room.. oh iya,, saya ceritakan pula, awal bulan ini saya menempati kamar baru yang saya beri nama 9m2 room, sederhana namun bacanya aga panjang.. hehe.. hanya berlokasi bersebelahan dari kamar saya yang dulu..
Lebay emang pindahan cuma sebelah kamar, namun spesialnya 9m2 room punya sedikit kelebihan dari kamar yang dulu.. 9m2 room dicat putih biru seperti bendera argentina (tentunya tanpa matahari ditengahnya). Kini kamar saya pun lebih adehm, karena ventilasinya tak saya tutup, jadi kalo sudah menjelang dini hari apalagi subuh, ademnya MasyaAllah.. hehe..

Sekian cerita saya kali ini, selanjutnya saya ingin menulis tentang beberapa perjalanan kemarin yang sempat tertunda karena ditinggal oleh si lepo..