13 Juli 2011

Cerita Saya dari Aceh

Aceh, negeri indah di ujung barat sumatera, titik nol kilometer Indonesia. Tak pernah terbayang sebelumnya saya berada di tanah rencong ini, apalagi untuk tinggal berbulan-bulan. Tapi sudah hampir 3 minggu saya menghabiskan masa disini, di tanah aceh. Kekaguman saya yang dulu hanya sempat saya saksikan di buku-buku atau internet, kini menjadi nyata. Di tanah inilah Daud Beureuh, Teuku Cik di Tiro, Cut Nyak Dien, dan Malahayati memperjuangkan aceh dari gangguan tangan-tangan busuk penjajah. Di tanah ini pula romantisme, ketegangan, dan kepiluan sungguh amat sangat terasa, membunuh sejuta penasaran, membuktikan semua pertanyaan. Kisah heroik DI/TII oleh Daud Beureuh, Masa-masa menegangkan konflik, dan kepiluan tragedi tsunami, membuat saya jatuh cinta dengan negeri ini.

Setelah sehari saya menginjakkan kaki di Banda Aceh, lagi-lagi sebuah anugerah mengantarkan  saya untuk bisa berkeliling pesisir laut timur dan barat. Mulai dari Banda Aceh hingga langsa, mulai dari Singkil hingga kembali ke Banda Aceh. Kurang lebih satu pekan saya habiskan perjalanan. Walaupun tujuannya bukan untuk berwisata, kesempatan roadshow ini tak boleh saya sia-siakan. Mengunjungi hampir semua Kabupaten untuk mengumpulkan informasi kerja membawa saya ke sejumlah tempat yang memiliki karakter-karakter unik. Tak lupa dalam perjalanan menyisipkan mampir di tempat-tempat makan yang khas. Lengkap sudah kepuasan saya. Melewati pesisir pantai, menerobos lika-liku bukit barisan dan hutan sawit, serta menyebrangi muara dengan rakit adalah penyedap perjalanan.

Aceh, berbeda dengan jawa. Kultur, kekayaan alam, pemerintahan, bahkan urusan harga. Kearifan lokal Aceh menyimpan sejuta pesona. Dalam sejarahnya, Aceh selalu istimewa. Pernah dalam suatu masa, seluruh rakyat Aceh mengumpulkan kekayaan untuk membeli pesawat tempur bagi Indonesia. Yang tentunya tak bisa dilupakan adalah kepiluan tsunami dan ketegangan konflik. Namun semua itu sudah berlalu. Aceh kini hidup nyaman dalam damai. Kehidupan masyarakat kembali normal, ekonomi semakin tumbuh pesat, syariat bisa menjadi dasar pemerintahan.

Bercerita Aceh tak akan luput dari makanan khas. Sekali lagi, Aceh memberikan nuansa berbeda dalam masalah kuliner. Sejumlah makanan khas dapat disantap di setiap sisi kota Banda Aceh. Mulai dari Mie Aceh, Sate Matang, Mie kepiting, Gulei kambing dan bebek, Ayam tangkap, dan sejumlah makanan lainnya yang penuh citarasa. Belum selesai membahas makanan, tentunya tak akan terlupakan di Aceh adalah membahas masalah kopi. Hampir semua di wilayah Aceh, terutama di pusat-pusat kota, akan tersebar sejumlah warung kopi, baik yang berukuran kecil, maupun besar dan lengkap pula dengan sejumlah fasilitas. Warung kopi adalah tempat favorit masyarakat Aceh, baik tua maupun muda untuk menghabiskan waktu-waktu luang. Dan masing-masing warung kopi, mempunyai supir (sebutan untuk koki kopi) yang handal untuk meracik kopi. Beberapa kopi yang menurut saya khas adalah kopi Berawi (di belakang Mall Hermes) dan kopi Ulee Kareng. Namun yang menjadi catatan adalah, setiap warung kopi pasti akan ramai, siaang ataupun malam, terutama di Banda Aceh.

Masih ada waktu 3-4 bulan lagi, saya akan stay di Aceh. Pasti akan muncul kejutan-kejutan baru, pengalaman-pengalaman baru yang akan saya dapatkan.

19 Mei 2011

Itinerary oh Itinerary...

Saya ingin Indie Touring lagi. Sudah dua hari saya membuat itenerary. Seharusnya saya keliling Jateng dengan motor Legenda saya. Mulai dari Solo-Kebumen-Purwokerto-Brebes-Tegal-Pekalongan. Hari ini pun saya telah keliling Semarang untuk mencari perlengkapan yang dibutuhkan. Apa lacur, rencana tinggal rencana. Karena perkiraan biaya yang tak singkron dengan kantong, akhirnya saya membabat sejumlah daerah kunjungan. Yang tersisa Hanya Solo dan akhirnya saya tambahkan Jogja sebagai pemanis trip saya bulan ini. Saya beri judul perjalanan kali ini Joglosemar Indie Touring. Sejumlah data sudah dapat. Peta lokasi, tempat makan dan tempat menginap sudah hampir fix.

Saya ulang kembali membaca itenerary. Hari pertama, Jumat, saya berangkat dari Semarang menuju Solo. Sampai kira-kira siang hari saya istirahat dan keliling Solo. Pada malam hari saya akan melihat gelaran event Mangkunegaran Performing Art. Esoknya saya keliling Solo lagi. Mungkin ke kampung batik Laweyan. Siangnya saya berencana melihat Karnaval Kirab Budaya Nusantara. Dan sorenya saya harus ke jogja. Sebenarnya di Jogja saya hanya ingin menonton Film The Mirror Never Lies yang ternyata sampai sekarang tak kunjung tampil di Semarang. Huft.. Mengapa engkau selalu diabaikan Semarang...??

Sampai di jogja, mungkin pukul 19.00 malam. Saya harus terburu-buru mencari penginapan, atau tidak akan kebagian tiket film, karena itu malam minggu. Kalaupun memang tak dapat, saya akan datang hari minggunya. Esoknya saya hanya ngaprak di jogja, pagi saya mau coba datang ke pasar pagi di lembah UGM dan siangnya langsung chao ke Semarang. Perjalanan yang singkat. Daripada tidak sama sekali, lebih baik begitu. Semoga lancar.. Have a nice Weekend..

14 Mei 2011

Tentang Tulisan

Sabtu sore saya masih berkutat di depan laptop. Bukan untuk mengerjakan tugas atau proyek. Saya baru saja utak-atik blog pribadi saya yang kini berjumlah 3 blog. Saya juga sekarang bingung kenapa punya blog ko banyak-banyak. Saya ini bukan penulis blog canggih macam Amril Taufik Gobel atau Raditya Dika yang tersohor karena tulisan-tulisannya di web pribadinya. Saya hanya sedang mencoba berlatih untuk menceritakan apa yang saya lihat, saya dengar, saya alami, dan saya rasakan dalam sebuah tulisan.

Tujuan saya sebenarnya tak terlalu muluk-muluk. Hanya mencoba menumpahkan gagasan atau perasaan yang saat itu sekelebat muncul di otak dan hati saya. Saya ini orangnya pelupa, jadi saya mencoba melatih ingatan saya dengan menulis. Sebenarnya sudah sejak zaman kuliah dulu saya mencoba belajar menulis. Saya iseng-iseng membuat akun multiply. Itu pertama kali saya menulis. Sekarang saya mencoba membuat di blogspot. Eh, saya jadi terinspirasi lagi untuk belajar travel writing, gara-garanya saya melihat hifatlobrain.net. Sebuah blog milik Ayos Purwoaji. Sekarang ada 2 blog yang berdomain blogspot. Sebenernya banyak juga yang sudah saya tulis. Tapi mandeg di tengah atau setelah di baca, tidak layak posting. Akhirnya tulisannya hanya sekedar untuk catatan saya saja. Lama-kelamaan saya jadi bermimpi, semoga saja tulisan saya bisa juga tayang entah di Majalah, koran, atau media elektronik pun tak apa.

Mungkin memang tulisan dengan ulasan yang mendalam dan ditulis dengan rangkaian kata yang apik akan menggugah orang lain. Misalnya, salah satu buku yang membuat saya terkesima adalah, kumpulan tulisan Norman Edwin Sang Sahabat Alam, yang di kliping menjadi satu buku apik oleh Rudy Badil. Tulisannya sederhana, namun detail pengalaman dan perjalanan beliau menjadi karakter kuat, sehingga pembaca seperti saya menjadi penasaran untuk terus membacanya sampai kahatam. Atau buku-buku tentang pergerakan karya Sayid Qutb. Keluasan ilmu beliau yang diramu apik dalam sebuah tulisan, menjadi bacaan yang menggugah hati untuk bergerak. Lain lagi dengan tulisan-tulisan dalam blog. Coba tengok ndorokakung.com. Pak Wicaksono mengobral sebuah pendapat pribadi dengan permainan kata yang unik, kadang-kadang saya tak tahu artinya. Terkadang pula muncul guyonan-guyonan cerdas. Tapi disinilah letak eksostisnya. Atau mungkin blog dan ebook-ebook travelingnya Ayos di hifatlobrain. Disana kematangan tulisan yang sebagian besar pengalaman perjalanan pribadi si penulis plus foto-foto yang apik, menyuguhkan kesan fresh bagi mata. Masing-masing tulisan mempunyai gaya

Kembali lagi ke tulisan-tulisan saya. Seringkali ditengah jalan tulisan saya mandeg dan kemudian stuck berhenti ide sama sekali. Emosi rasanya. Biasanya kalau sudah gini, sesekali nyuri-nyuri pandang ke tulisan-tulisan orang lain, atau blogwalking. Kadang langsung dapet ide lagi atau malah tambah mandeg atau malah muncul ide tulisan yang baru. Menulis memang sesuai selera hati. Untuk gaya menulis, kalau saya sih tergantung kepinginnya saya. Kadang mendayu-dayu, atau menulis pengalaman pribadi, atau menceritakan tokoh, atau menulis tentang gagasan-gagasan, atau curhat. Bagi saya, sekarang bagaimana bisa mengubah ide atau rasa dalam bentuk kalimat paragraf yang bisa dibaca. Urusan selera, enak atau tidak itu nanti saja. Yang penting saya lakoni dulu tangga pertama ini. Mudah-mudahan ke depan saya bisa belajar lebih banyak untuk merangkai kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf.

Cilegonku Kini

Sebuah kota kecil di ujung barat pulau jawa, kini telah berubah. Kota linier yang padat industri ini semakin tumbuh dan berkembang. Sejumlah pembangunan dilakukan, walau tak sejalan dengan semakin padatnya manusia di dalamnya. Saya ingat saat dulu melewati jalan utama kota Cilegon tanpa macet, baik pagi, siang atau malam. Namun sekarang Cilegon telah berubah. Riuh kendaraan bermotor, menyelinap dari berbagai sisi mengisi singkatnya hari dari pagi hingga petang.

Cerita dari orang tua saya, lebih dari tiga dekade terakhir Cilegon mengalami perubahan yang sangat pesat. Berdirinya Pabrik baja terbesar di Indonesia (Krakatau Steel) adalah titk awal kehidupan industrialisasi di kota Cilegon. Diikuti dengan menjamurnya pabrik-pabrik kimia berskala besar sampai alat-alat berat. Lokasi strategis di ujung barat pulau jawa, dan berbatasan langsung dengan selat sunda menjadi pilihan yang baik untuk berinvestai bagi para pengusaha. Cilegon menjadi daya magnet baru bagi para perantau dari jauh. Orang-orang Sumatera, para perantau dari jawa tengah dan timur mengubah kehidupan cilegon menjadi dinamis. Terlebih jakarta dan bandung yang hanya sepelemparan batu dari Cilegon turut menjadi pengaruh percepatan perubahan kehidupan di kota Cilegon.

Cilegon kini semakin ramai. Nampaknya modernisasi secara cepat merambah kota ini, seiring dengan pengaruh utama pemicu modernitas dunia, industrialisasi. Urbanisasi terus menerobos leluasa, bukan hanya sekedar perpindahan penduduk, tetapi perubahan gaya hidup yang memaksa pribumi turut ikut serta peka terhadap zaman. Manusia didalamnya baik pribumi maupun pendatang secara tak sadar menjadi agen modernisasi. Pusat hiburan menjamur di setiap penjuru kota. Gaya hidup anak muda semakin bebas, sejumlah komunitas menjadi wadah aktualisasi dan eksistensi. Saya menjadi asing di kota sendiri, mencoba kembali beradaptasi.

25 Maret 2011

TravelQuote #2

"Perjalanan Menyadarkan akan Pentingnya Sebuah Tujuan"

24 Maret 2011

TravelQuote #1

"Perjalanan itu Mengikat Tali Silaturahiim dan Persaudaraan"

14 Maret 2011

Earth Hour Semarang, Green Campaign for Energy Saving

Seperti pada minggu-minggu sebelumnya, Car Free Day digelar di Jl Pemuda Semarang, tapi baru hari minggu lalu (13/03) saya baru sempat mampir dan beraktivitas pagi disana, ini pun karena diajak oleh teman kampus saya untuk ikut green campaign bersama rekan-rekan Earth Hour Semarang, sebuah gerakan green lifestyle yang mengajak untuk lebih hemat energi.

”Setelah Satu Jam, Jadikan Gaya Hidup” sebuah slogan yang mengajak kita untuk menghentikan penggunaan listrik selama satu jam pada tanggal 26Maret2011. Tujuannya menghemat penggunaan energi dengan menjadikan hemat listrik sebagai gaya hidup. Sebagai catatan, Indonesia sebagai negara berkembang yang banyak bergantung pada potensi sumber daya alam dan membutuhkan listrik untuk mendukung pembangunan, Indonesia harus menjaga kebutuhan ekstraksi alamnya agar tidak berkontribusi besar menjadi salah satu pengemisi terbesar di dunia, dan tetap dapat melanjutkan upaya memenuhi kebutuhan penduduk yang makin besar setiap tahun, termasuk dari sisi energi (http://www.earthhour.wwf.or.id/about.php). Nah untuk itulah gerakan Earth Hour ini memberikan solusi dengan aksi yang kecil untuk memberikan perubahan yang besar bagi bumi, cukup dengan menghentikan penggunaan listrik selama satu jam, kemudian jadikan aksi ini sebagai gaya hidup.

Green campaign pagi itu diawali dengan briefing di depan balaikota Semarang. Aksi pertama, peserta melakukan frozen time, yaitu melakukan aksi patung di sekitar Jl Pemuda, di tengah-tengah kegiatan berbagai komunitas. Sebanyak kurang lebih 40an peserta green campaign berjalan menyebar di sepanjang Jl Pemuda, tiga titik yang digunakan untuk melakukan forzen time, pertama di depan SMA 5 Semarang, di depan Balaikota, dan di depan. Awalnya peserta melakukan aktivitas biasa, dengan aba-aba yang sudah dipasang di mp3, setiap peserta melakukan aksi patung selama satu menit. Aksi ini adalah sebagai simbolis dari penghentian penggunaan energi, walau hanya sesaat namun jika dilakukan oleh banyak orang, maka ini akan berpengaruh besar, apalagi jika menjadi gaya hidup.

Aksi yang kedua, adalah aksi kampanye seperti pada umumnya. Kami longmarch menuju tugu muda. Sambil membawa spanduk dan papan kampanye, kami berjalan dan memberikan leaflet dukungan dan ajakan untuk mengikuti gerakan Earth Hour. Di simpang tugu muda, dilakukan orasi singkat dan ajakan kepada para masyarakat Semarang dan sampai aksi berakhir pada pukul 9.

Memang tidak besar yang bisa dilakukan, hanya dengan sedikit kesadaran untuk bersama-sama melakukan aksi kecil, hemat listrik dijadikan sebagai gaya hidup. Dengan aksi kecil ini semoga bisa memberikan kontribusi besar bagi bumi.


”Setelah Satu Jam, Jadikan Gaya Hidup”

11 Maret 2011

Kisah Pait di Pagi Hari

Suara itu menembus kamar kosku, pagi hari setelah bangun untuk yang kedua kalinya setelah sholat shubuh. Pekik terdengar, lama kelamaan semakin keras. Aku masih enggan membuka mata, tapi riuh redam suara itu telah mengganggu tidurku.

Dalam tidur, aku mencoba mendengar dengan seksama suara yang terus menerus berulang. Suara ucapan remaja tanggung yang membuyarkan mimpi yang susah ku rajut sambung dari malam hingga ba'da shubuh. Suara itu lama-lama menjadi sebuah mimpi saya di  pagi itu.

Walau hanya 5 menit, masih ku ingat sampai saat ini. Semakin jelas suara itu, akhirnya saya dapat mencerna dengan baik maksud dari suara itu. "Pait.. Pait.. Pait.." bunyi suara itu menembus jelas kamar kosku. Ternyata anak ibu kos sedang dikejar tawon.. heeaaah... -_-"

Tragedi Gramedia dan Doa yang Terkabul

Kemarin saya bertandang ke Gramedia hanya sekedar untuk memuaskan nafsu saya yang sudah lama tak membeli buku. Sebenarnya pun kali ini saya terlalu maksa untuk shoping buku, karena pada waktu yang bersamaan tidak ada budget di kantong saya untuk membeli buku. Di gramedia, saya kaya anak ilang mencari ibu yang ilang. Memang sebelumnya tak ada buku inceran yang ingin saya beli. 

Mata saya sepet liat harga-harga buku, yang nampaknya hari itu terasa mahal semua. Alhasil ga ada yang nyantol di hati saya, bukan lantaran bukunya ga ada yang saya anggap bagus, tapi emang duit saya yang kaga nyampe. Padahal saya sebenarnya orang yang royal untuk beli buku (sama halnya royal untuk beli makan,hehe) dibandingkan untuk shoping baju ato aneka ragam tentang fashion. Apa boleh baut, nasi telah menjadi bubur (maka saya tambahkan kecap asin, ayam, krupuk, sambel), saya telah di gramedia, mau ga mau saya harus beli buku walopun cuma satu. 

Beruntungnya di gramed lagi jual buku-buku diskon jadul yang kaga laku. Menindaklanjuti kesempatan untuk beli buku murah, akhirnya saya liat-liat deh tuh buku-buku diskon. 1 jam saya ngubek-ngubek, belum jg ada yang nyangkut di hati, pikiran dan nafsu saya untuk beli buku, walo 1 pun. Waktu menjelang ashar, saya sudah kalap, karena belum dapet 1 buku juga. Alhasil saya random pencarian buku saya. 

Kali ini saya batasi pencarian buku, seputar kumpulan cerpen atau novel ringan. Jeng..jeng.. dapet juga 1 buku kumpulan cerpen karnyanya Mas Radhar Panca Darma, judulnya "Cerita-cerita Negeri Asap". Tanggung satu buku lagi pikir saya. akhirnya sistem pencarian cepat mata saya tertuju pada satu buku, judulnya "Kota Matahari". Sebenarnya yang bikin saya tertarik untuk buku yang terakhir ini (saya pikir itu novel) karena harganya cuma goceng. Tanpa membaca ulasan di belakang cover, saya bawa aja dah tu dua buku kekasir. Untuk shoping buku kali ini saya keluarin noban dari dompet saya. Tak mahal untuk 2 buku kecil bandrolan gramed pikir saya hari itu. 

Sampe di kosan, bakda sholat ashar, saya buka dua buku itu, untuk menimbang-nimbang buku mana duluan yang saya lahap. Satu buku saya buka cepat, karena udah tau itu kumpulan cerpen, dan not bad lah untuk membunuh rasa bosan saya akhir-akhir ini. Nah yang terakhir saat saya buka buku.. Tidaaaaaak, ternyata adalah buku kumpulan puisi karya Umar Husein. Arrrggghhhh, saya menggerutu dalam hati, apakah yang terjadi ini ya Allah, saya memebeli buku puisi (hehe). Bukannya saya tidak suka puisi (bukannya suka juga), tapi rasanya memang saya saat ini belum selera untuk baca cuplikan-cuplikan kalimat yang terpotong-potong penuh makna dan terkadang melankolis itu. haha.. "Ya Allah, buatlah buku ini berguna", doa saya setelah tragedi ini. 

Beberapa menit kemudian, teman saya masuk kamar. "Mas, dari gramed ya? Beli Buku apa?" teman saya penasaran. "Noh liat aja" saya jawab tanpa ekspresi. "wah buku puisi mas? apiik kie mas". "bawa aja bukunya kalo mau". "oke mas tak pinjem ya". Obrolan singkat itu menjawab doa saya beberapa menit lalu yang baru saya panjatkan. Allah mengabulkan doa saya. Dalam hati,"Terimakasih ya Allah, semoga buku itu bermanfaat di tangan orang yang tepat."

2 Maret 2011

Negeri Para Bedebah

Presiden Bedebah!!! 
Tak ada perubahan signifikan kesejahteraan rakyat, berkoar-koar kesuksesan semu, nyatanya rakyat tetap melarat.

Pemerintah Bedebah!!! 
Sok sibuk dengan program-program yang akhirnya tak juga sampai kepada rakyat.

Wakil Rakyat Bedebah!!! 
Sibuk berpolitik hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan saja.

Hakim Bedebah!!! 
Memutuskan perkara tanpa keadilan.

Jaksa Bedebah!!! 
Hanya sibuk dengan uang suap.

Polisi Bedebah!!! 
Perutnya semakin tambun karena uang sogok.

Mahasiswa Bedebah!!! 
Banyak aksi tanpa prestasi.

Rakyat Bedebah!!! 
Sibuk menyalahkan dan menuntut hak tanpa menjalankan kewajiban.

Saya Bedebah!!!
 Hanya bisa mencaci tanpa memberi solusi.

Yang Membaca Tulisan Ini mungkin Bedebah!!!
 Hanya tersenyum sinis, menghujat, bahkan apatis.

Jogjaholic


Di sela-sela kesibukan saya mengikuti seleksi Indonesia Mengajar, saya menyempatkan diri untuk menjelajah berbagai sudut kota jogja. Memang tadinya hanya sekedar melepas penat, walau pada akhirnya saya sendiri terbawa suasana untuk terus menjelajah berbagai tempat yang penasaran belum saya kunjungi. Memang perjalanan kali ini bukan dikhususkan untuk perjalanan wisata, namun sudah 3 kali saya bolak-balik jogja pada bulan yang sama, tapi selalu tidak sempat untuk keliling dan menikmati suasana jogja. Akhirnya, untuk kali ini sengaja saya panjangkan jadwal bermalam di jogja menjadi 3 hari 2 malam.

”Ramai kaki lima, menjajakan sajian khas berselera, orang duduk bersila”
sebait lirik lagu katon bagaskara saya ingat saat masuk ke kawasan wisata malioboro. Mungkin tak banyak berubah saat lagu ini sempat populer dengan kondisi saat ini. Kanan-kiri jalan masih ramai dengan pedagang kakilima beradu tawar dengan para turis pembeli souvenir atau oleh-oleh.

Taman Pintar di Kota Pelajar

Siang itu saya hanya lewat malioboro tanpa singgah, kemudian diujung jalan saya belok ke kiri, sekitar 200 meter saya memarkir kendaraan saya. Taman Pintar yang saya tuju siang itu. Terletak di Jl.Panembahan Senopati 1-3 Yogyakarta, taman pintar pada mulanya adalah kawasan shoping center, tempat jual-beli buku murah di kota yogyakarta. Taman pintar sudah dibuka sejak tahun 2007 dan diresmikan pada tahun 2008. Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung.

Dibagian depan, terdapat playground yang menjadi surga bagi anak-anak, karena banyak sekali permainan yang bisa dijajal. Untuk sekedar bermain di playground tidak dipungut biaya alias gratis, namun untuk masuk kedalam gedung dikenakan biaya Rp15.000. untuk orang dewasa, sedangkan untuk anak-anak dikenakan biaya masuk Rp8000, untuk usia 2-7 tahun hanya Rp2000. Terdapat 4 gedung yang menyajikan informasi sejarah dan teknologi yang bisa diperagakan secara langsung. Gedung memorabilia, didalamnya terdapat sejumlah informasi sejarah yang disajikan secara interaktif, diantaranya sejarah keraton jogja, profil pahlawan Indonesia, sejarah kemerdekaan, dan profil presiden Indonesia. Keluar gedung memorabilia langsung terintegrasi dengan gedung ouval-kotak yang didalamnya terdapat berbagai macam wahana dan peralatan peraga berbasis edukasi sains yang menyenangkan dan dapat diperagakan oleh pengunjung. Dilantai tiga terdapat teater 4 dimensi yang menampilkan film-film edukasi berdurasi 30 menit. Kemudian ada gedung PAUD barat dan timur yang menyediakan peralatan peraga dan permainan edukasi bagi anak-anak, khususnya usia 2 - 7 tahun.

Di setiap gedung memiliki desain interior yang sedap dipandang, salah satunya yang saya suka adalah saat di gedung ouval, pada gedung ini didesain melingkar, kemudian terdapat jalan menanjak yang melingkar didalam gedung untuk menuju lantai 2 dan tiga, disisi dinding dipajang profil-profil ilmuwan, mulai dari enstein sampai stephen hawkings. Di langit-langitnya terdapat miniatur gugusan halaksi bimasakti yang memperindah bagian dalam gedung. Disini juga terdapat wahana-wahana berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia, yang didalamnya ditampilkan miniatur pabrik atau industri, serta peragaan produk yang dapat dimainkan.

Banyak spot foto di taman pintar, maka siapkan kamera jika berkunjung disini. Ajaklah anak-anak untuk mengekslporasi secara langsung dunia sains dan teknologi.

Jelajah Pantai Selatan Gunung Kidul

Hari menjelang siang, motor siap2 saya panaskan karena akan menempuh cukup jauh perjalanan menuju selatan kota jogja. Kali ini saya akan menjelajah pantai selatan ”Laut Kidul” di wilayah sekitar Gunung Kidul. Berangkat sekitar pukul 11.00, saya menancap gas menuju ringroad selatan kota jogjakarta. Setelah membeli beberapa perbekalan minum dan makanan ringan, saya mengambil jalur jogja-wonosari ke arah piyungan, dan lanjut ke perbukitan Gunung Kidul. Perjalanan cukup lancar, jalan dari kota jogja menuju Gunung Kidul mulus dan berliku, melewati alas yang rimbun. Menanjak, menurun, menikung akan menjadi bagian perjalanan menuju pesisir selatan Gunung Kidul. Kali ini saya akan menyambangi beberapa pantai, yaitu Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak dan Indrayani.

Saya harus menempuh jarak sekitar 60 Km ke arah selatan untuk mencapai pantai selatan gunung kidul. 40 km pertama saya harus sampai dulu di kota kecil Wonosari, kemudian diteruskan 20 km lagi ke pantai baron. Perjalanan ini saya tancap dengan santai. Sampai pantai baron kira-kira pukul 12.30.

Kisah Nelayan Pantai Baron

Siang itu saya baru saja sampai di pantai baron yang masih pasang. Beberapa menit saya mengambil gambar, ada 2 perahu nelayan yang menepi. Para nelayan2 yang lain turut membanti menarik kapal yang baru saja singgah, disinilah gotong-royong penduduk nelayan kental terlihat. Kapal sudah selesai di parkir, berbondong-bondong ibu-ibu menghampiri kapal melihat-lihat bawaan ikan hasil melaut hari itu, saya pun turut serta melongok kesana. Tak banyak ikan yang ditangkap hari ini. ”Hari ini ga banyak de, soalnya jaring sampah” (saya artikan dari bahasa jawa), setelah saya tanya berapa banyak ikan yang diapat. ”Saya melaut dari jam 4 pagi tadi, di sekitar parang tritis, tapi karena jaringnya ngangkut sampah, jadinya saya pulang” kata mas andri salah satu awak nelayan yang itu melaut bersama 2 rekan lainnya. Ya.. hari itu setidaknya ada 2 kapal yang langsung pulang, akibat jaring sudah ga bisa ditebar karena penuh sampah. Kalau begini yang disalahkan yang orang-orang yang membuang sampah disungai, yang akhirnya sampah bermuara di laut. 1 Kg udang dan beberapa kilo ikan campur-campur langsung dijual nelayan disana. Biasanya ikan-ikan dibawa ke pelelangan koperasi, tapi karena ikan yang dibawa hanya sedikit, yah langsung dijual ditempat.

Pantai baron berbentuk menjorok ke darat dan dikelilingi oleh bukit, sehingga pantai ini terlihat sempit dan tertutup jika nampak dari atas. Hamparan pasir putih dan perahu-perahu nelayan yang memajang di pinggir pantai membuat pantai ini nampak eksostis. Pantai baron dapa dinikmati langsung maupun dapat dilihat keindahannya dari bukit disisi pantai.

Pantai Kukup, Krakal, Sundak, dan Indrayani

Melanjutkan 1 Km kearah timur, motor saya kebut ke pantai kukup. Sebenarnya saya lebih suka pantai kukup, karena pantainya lebih bersih, tanpa perahu-perahu nelayan, plus ada bangunan di pulau karang seberang pantai bak tanah lot saja di bali (hehe). Pantainya berpasir putih dan angin lautnya kencang sekali.

Menuju pantai Krakal, sundak, dan Indrayani harus menempuh 6 Km kearah timur, melewati beberapa barisan bukit dan alas, membuat saya ngeri juga mengendara motor sendirian. Jalanan bagus, namun sepi kendaraan. Pantai Krakal dan sundak memiliki tipe pantai yang memanjang dan berpasir putih. Saya sudah terbiasa melihat pemandangan pantai ini di Anyer, sebelah barat Cilegon, tempat tinggal saya. Tak terlampau istimewa bagi saya dibandingkan dengan pantai kukup atau baron, yang menurut saya lebih unik dari pantai krakal dan sundak. Di pantai Krakal dan sundak saya hanya singgah sebentar untuk mengambil gambar, karena saat itu sudah mulai siang, mepet dengan waktu pulang saya ke Semarang. Setelah sedikit mengambil gambar di pantai Sundak dan Krakal, saya melanjutkan ke pantai Indrayani. Mata saya terbelalak saat sampai di pantai Indrayani, siang itu ramai warga sekitar sedang memperbaiki saung-saung yang hancur karena diterpa air laut pasang. ”Sudah 4 hari air laut pasang, sampai bikin hancur pantai mas” Kata salah seorang bapak yang sedang berisitirahat setelah memperbaiki salah satu saung yang hancur. Mengenaskan memang, sebenarnya pantainya biasa saja, tetapi karena saung-saung yang berjejer di pinggir pantai, pantai Indrayani terlihat cantik. Namun karena ombak pasang, jadilah siang itu saya hanya melihat pemandangan sibuk warga sekitar yang bergotong-royong memperbaiki saung-saung di tepi pantai.

Saat di pantai kukup, saya sempat duduk2 di tepi pantai berkontemplasi ”apakah motor saya masih kuat sampai pulang ke semarang?” hehe.. soalnya ni kendaraan yang saya pake adalah legenda yang diproduksi sekitaran 8 taon lalu. Tapi keulatan tekad dan keyakinan yang kuat, Alhamdulillah The Legend mengantar saya dengan selamat sampai Semarang.


Wisata Kuliner


Berkunjung ke kota Jogja, tak afdol rasanya jika tak mencoba beberapa menu yang belum sempat saya icip. Kali ini tak banyak kuliner yang saya coba.

Bebek Haji Slamet
Pertama yang menjadi catatan saya adalah Bebek H.Slamet. Warung makan Bebek H. Slamet ini pada awalnya bermula dari sari Kartosuro. Jadi yang di jogja ini adalah cabang dari Kartosuro. Menu khas disini sesuai namanya, Bebek. Saya memesan Bebek Goreng bagian paha plus sepirin nasi dan minum air putih (dalam rangka ngirit). Sebenarnya bebek gorengnya tak begitu spesial, tapi yang bikin nendang di lidah adalah sambel koreknya. Walau sajian sambalnya sedikit, tapi bikin panas di lidah ga brenti-brenti. Untungnya bebek goreng plus sambel korek ini disajikan dengan lalapan yang bisa sedikit menghilangkan rasa pedas. Bebek gorengnya cukup empuk, jadi bagi anda-anda yang sudah tua, jangan takut dengan tekstur daging bebek yang biasanya keras. Kali ini bebek yang saya makan cukup empuk digigi. Yang bikin saya kecewa adalah porsi nasinya yang sedikit.. Arrghh.. yang ini ga nendang di perut.. hehe.. tapi cukup hauce lah untuk mengisi perut dikala lapar..

Angkringan Pak Satari
Kalu kenal kucingan  Pak Gi yang terkenal di Semarang, sekarang saya rekomendasikan bagi kawan-kawan yang berkunjung ke Jogja. Angkringan Pak Satari namanya (saya singkat APS). Terletak di perbatasan Sleman dan magelang, APS dapat dijumpai di pinggir jalan menuju magelang, tepatnya di Jl. Magelang Km 16, Medari, Sleman. Untuk ukuran angkringan, tempat makan APS cukup luas. Buka mulai sore hari, APS langsung dipenuhi pengunjung. Jenis makanan dan jajanan cukup banyak tersedia di APS ini, mulai dari mendowan, pastel, martabak, pisang goreng, dll. Untuk nasi bungkus, mulai dari khas jogja berisi teri atau tempe, sampai nasi rica-rica ayam. Bagi kawan-kawan yang menuju magelang pada sore atau malam hari, ga ada salahny mampir ke Angkringan Pak Satari. Dijamin KENYANG (Asal Budget Cukup).

1 Maret 2011

Catatan 1 Maret [2011]

Akhir bulan yang membosankan dan awal bulan yang cukup membahagiakan, lepo (nama leptop saya) saya kembali sehat wal’afiat setelah menjalani serangkaian proses pemeriksaan dan penyembuhan yang ternyata terinfeksi virus yang cukup membahayakan operating systemnya.. Alhamdulillah, kini saya bisa mencatat kembali celoteh2 samar setiap hari di catatan ini.. kehilangan lepo seperti kehilangan sepersekian kebahagiaan dunia, karena tak bisa menyambangi berbagai belahan dunia di 9m2 room.. oh iya,, saya ceritakan pula, awal bulan ini saya menempati kamar baru yang saya beri nama 9m2 room, sederhana namun bacanya aga panjang.. hehe.. hanya berlokasi bersebelahan dari kamar saya yang dulu..
Lebay emang pindahan cuma sebelah kamar, namun spesialnya 9m2 room punya sedikit kelebihan dari kamar yang dulu.. 9m2 room dicat putih biru seperti bendera argentina (tentunya tanpa matahari ditengahnya). Kini kamar saya pun lebih adehm, karena ventilasinya tak saya tutup, jadi kalo sudah menjelang dini hari apalagi subuh, ademnya MasyaAllah.. hehe..

Sekian cerita saya kali ini, selanjutnya saya ingin menulis tentang beberapa perjalanan kemarin yang sempat tertunda karena ditinggal oleh si lepo..

20 Februari 2011

Incredible Saturday with Plano 06

19 Februari 2011 kemarin seharian penuh saya habiskan bersama-sama kawan2 ”seperguruan” untuk menyambangi beberapa tempat wisata di Kabupaten Semarang. Berangkat pukul 10 pagi dari Tembalang (molor 2 jam dari jadwal), kami ber 14 konvoi dengan menggunakan motor (memang lebih enak untuk perjalanan dekat) menuju kediaman kawan kami ”sang penunjuk jalan” di Sumowono Bandungan. Sampai sekitar pukul 11, sampai di rumah kawan kami, beristirahat sejenak, dan melanjutkan perjalanan ke tujuan pertama destinasi kami yaitu Curug 7 Bidadari (yang disingkat oleh salah satu teman saya C7B).

Curug 7 Bidadari
Terletak 3 km dari desa Sumowono Bandungan, akses menuju C7B memang agak sulit. Kondisi jalan sudah halus beraspal, hanya saja lebar jalan yang sempit susah sekali bila dilewati mobil, apalagi jika berpapasan. Sepanjang perjalanan menuju C7B akan disuguhkan pemandangan alami luar biasa, hamparan sawah dan kebun memajang sepanjang jalan di latarbelakangi oleh gugusan bukit-bukit, mantap, terbayarlah rasa kepenatan saya. Setelah 15 menit perjalanan, sampai juga di lokasi. C7B adalah salah satu curug yang baru dibuka sebagai wisata umum di Kabupaten Semarang. Untuk masuk ke C7B cukup bayar Rp 3.000,- untuk setiap orang dan parkir. Dinamakan Curug 7 Bidadari, karena terdapat 7 air terjun kecil dan katanya ada cerita mitos juga bahwa dahulu ada 7 bidadari yang mandi di curug ini, dan salah satunya dikutuk (Sumber: kawan asli pribumi). Sebenarnya tidak begitu istimewa menurut saya curug ini. Pertama, memang curugnya kecil, tidak seperti wisata air terjun yang lain yang sempat saya kunjungi. Kedua, airnya keruh. Namun yang menarik adalah karena ini masih cukup baru, jadi tidak padat pengunjung, maka puaslah untuk foto-foto. Selain itu, disini juga sudah mulai ditata landscapenya (disamping landscape alaminya yg menurut saya jg sudah bagus) dengan beberapa jembatan bambu, tempat duduk, dan saung. Di tempat parkir walaupun masih berupa tanah, tapi areanya cukup luas, ditambah beberapa saung tempat berjualan. Karena curugnya yang kecil, pengunjung bisa naik sisi airt terjun dan foto-foto disana, namun harus hati2, karena batu cukup licin. 2 jam kami habiskan waktu disana untuk melepas penat.

Setelah selesai menikmati C7B, kami kembali ke sumowono untuk istirahat, sholat dan makan. Sampai jam 3, barulah melanjutkan kembali perjalanan ke Museum Kereta Api Ambarawa.

Museum Kereta Api Ambarawa
Kami melanjutkan perjalanan 20 menit ke daerah Ambarawa. Letaknya tak jauh dari Palagan Ambarawa, sekitar 200 meter. MKA adalah salah satu stasiun tua yang digunakan sebagai tempat transit KA menuju jogja atau wilayah2 selatan di Jawa Tengah. Memang sudah cukup lama stasiun ini tak digunakan sebagai tempat pemberhentian kereta komersil. Tapi karena sejarah dan kondisi topografi  bukit dan lembah yang luar biasa di jalur sekitar stasiun ambarawa, MKA menjadi daya tarik sendiri sebagai tempat wisata. Disini para wisatawan bisa mencoba Kereta Api Uap dengan jurusan Ambarawa-Jambu. Kereta ini ekslusif, karena harus mengocek sekitar 5 juta yang untuk menyewa 2 gerbong dan satu lokomotif berbahan bakar kayu jati. Terlebih untuk dapat menaiki kereta ini harus memesan dari jauh-jauh hari, karena petugas KA harus memesan kayu jati dahulu. Pemandangan yang disuguhkan pun luar biasa, barisan bukit dan keindahan lembah yang masih alami dapat dinikmati selama perjalanan. Namun bagi wisatawan yang pas-pasan, jangan khawatir, karena pengunjung juga bisa naik kereta lori, jurusan Ambarawa-Tuntang dengan membayar karcis cukup murah yaitu Rp 10.000 , terlebih pemandangan yang disuguhkan juga tak kalah. Sepanjang perjalanan kereta lori, pengunjung disuguhkan pemandangan rawa pening yang legendaris itu. Selain bisa naik kereta, pengunjung juga dapat melihat-lihat lokomotif tua yang dahulu dijadikan sebagai penggerak utama gerbong-gerbong, yang kini sudah pensiun. Para pengunjung juga diajak merasakan zaman kolonial belanda dulu, dengan arsitektur dan konstruksi stasiun tua yang masih kokoh.

Setelah beres acara (foto2,naek kereta,sholat ashar,dll) kami berencana kembali ke tembalang.. weit, belum sampe tembalang kami mampir di rumah salah satu kawan di Ungaran, yang pada akhirnya perjalanan kami dakhiri dengan ngaso di kopi Klotok di alun-alun Kota Ungaran.

Kopi Klotok Alun-alun Ungaran
Ba’da sholat Magrib, sekitar pukul 7 malam kami berangkat ke alun-alun. Karena malam ahad, ramai sekali alun-alun Ungaran. Perut keroncongan kami isi dengan roti bakar dan nasi goreng sambil menunggu kopi klotok yang terkenal ”SUWInya” (hehe :D). Namun ini yang buat jadi khas, karena lama dan rasanya yang pas, kopi ini terkenal dan menjadi menu favorit pengunjung alun-alun. Di Kopi Klotok Alun-alun ungaran tersedia berbagai beraneka kopi dan coklat. Minimal penikmat kopi klotok harus menunggu 2 jam (haha.. Cuma minum kopi), karena air dimasak dengan menggunakan arang, ditambah personel yang melayani hanya 2 orang. Tapi disinilah seru-nya. Karena bisa menjadi tempat ngumpul, diskusi, atau yang lain di malam hari. Untuk saran, jika ingin ke kopi Klotok disarankan pada malam ahad maka harus berangkat lebih awal, karena rame sekali, harus berebut tempat, dan akan mengantri lama sekali. Kemudian jangan datang hari jumat, karena Kopi Klotok tidak jualan (hehe). Jadi datanglah pada hari-hari biasa setelah magrib dan rasakan Kopi-nya. Dan ini Reccomended bagi para wisatawan yang berkunjung ke Ungaran untuk sekedar nyantai dan ngaso.


Dan akhirnya kami kembali sampai tembalang pukul 10, setelah full day touring dan berwisata.

Catatan "jobseeker" Semarang-Jogja

6 Februari 2011

Fresh Morning in Sunday.. setelah terlelap sejak pukul 2 dini hari tadi, saya sempatkan bangun sholat shubuh, tapi rasanya mata dan kepala ini masih ingin manja di bantal, saya putuskan tidur lagi.. malam tadi cukup lelah setelah pulang dari jogja untuk menghadiri perhelatan akbar ”jobseeker’ seluruh Indonesia bersama kawan2 kampus.. perjalanan kami luar biasa, karena tidak melalui jalur umum semarang-ambarawa-magelang-jogja, tapi lewat semarang-boyolali-klaten-jogja.. Hujan pasca imlek membuat kami tidak ingin berspekulasi lewat magelang karena ancaman lahar dingin.. akhirnya kami lewat jalur klaten..

Perjalanan kami spesial karena saat berangkat sepanjang perjalanan kami ditemani gerimis dan hujan, ditambah sedikit off-road di sekitar daerah boyolali-klaten, untungnya saat pulang sang hujan tak ikut menemani pula.. hehe..
12 orang dengan 6 motor jumlah kafilah kami dalam perjalanan ini yang menekadkan diri menempuh perjalanan mencari harapan untuk kehidupan yang lebih baik.. (*PLN mode:on)

Saat tiba di jogja, kami menginap di keluarga salah satu teman kami di sekitar daerah piyungan, jadilah 12 orang itu numpuk di satu rumah, Asiknya rumahnya luas, jadi cukuplah kami ber-12 tumpah ruah dirumah itu.. hehe

Hari berikutnya siaplah kami menunjukkan performa dan penampilan terbaik di perhelatan akbar ”jobseeker” itu.. 3 jam kami habiskan waktu didalam gedung besar universitas terbesar di jogja, bertekad memenuhi salah satu harapan dan cita-cita..

Hingga pukul 3sore kami telah selesai, sebelum pulang kami muter2 jogja, saya yg nebeng kawan berpisah dari 5 motor lainnya karena ada agenda lain.. jam 7 malam kami bertemu di malioboro, bersiap untuk pulang ke semarang lagi.. jam 8 kami start melewati rute yang sama pada saat berangkat, kami sampai semarang sekitar pukul 1.30..

Perjalanan memang selalu tak biasa, ada hal-hal baru yang bisa menjadi kenangan dan pengalaman. Tentunya memberi nilai-nilai positif yang dapat diambil dari setiap perjalanan.